PRELUDE
Temanku mampir ke Cirebon, dan dia menantang diajak wisata kuliner khas Cirebon.
“Ah, bilang aja terus terang minta traktir. Pakai acara tantangan segala,” selorohku.
“Ha ha ha… Namanya juga usaha,” katanya. “Tapi aku nggak mau kuliner yang mainstream lho. Aku mau yang beda! Yang legendaris!”
Wah, mesti berpikir agak dalam nih. “Hmm… bagaimana kalau rebon?”
“Rebon? Bahan pembuat terasi itu? Ha ha ha…. Becanda ya? Jauh-jauh aku datang cuma buat makan terasi yang udah ada di seluruh Indonesia itu?”
Mataku berkilat misterius. “Kamu nggak tahu aja yang kumaksud….”
Ajaib, temanku tersihir rasa penasaran. “Oke. Aku ikutin apa pun rencanamu!”
HUNT FOR REBON
Ini bukan kali pertama dirinya datang ke Cirebon, karenanya dia menuntut pengalaman kuliner berbeda di kotaku tercinta ini. Aku tidak masalah. Ini justru kesempatan menunjukkan betapa hebatnya rebon, hasil laut kebanggaan Cirebon yang legendaris itu.
Kami berencana memasak sendiri kuliner ini. Kami hunting bahannya di Pasar Kanoman yang penuh sesak pengunjung.
pelataran Keraton Kanoman, gambar: dokumen sendiri |
“Ini salah satu pasar tertua Cirebon. Hampir setua sejarah tempat itu,” aku menunjuk ke arah bangunan kuno di belakang pasar.
“Itu….. Keraton Kanoman, kan?” tanya temanku.
“Yap. Tapi sejarah rebon jauh lebih tua dari Keraton Kanoman. Malahan, Rebon jadi alasan pertama berdirinya tempat ini, sejak Pangeran Walangsungsang meninggalkan istananya di Karajaan Pajajaran. Dia memilih jadi nelayan di tempat ini, dan mengolah rebon jadi terasi.” Aku melemparkan satu bungkus terasi ke tangannya.
rebon segar. Gambar : dokumen sendiri |
“Aku pernah dengar asal muasal istilah ‘terasi’. Konon katanya muncul gara-gara benda hitam jelek ini digilai orang dari mana-mana, sampai-sampai mereka bilang, ‘aku merasa ter-asih’. Yah, semacam istilah ‘maknyus’ jaman sekarang kali ya,” ujarnya.
“Nah, itu tahu. Hebat lah."
THE SECRET OF REBON
Aku membeli beberapa bahan makanan di pasar itu, terutama dua jenis rebon yang banyak terdapat di sini. Pertama rebon segar, kedua rebon kering alias ebi. Rebon basah punya keunggulan dalam hal kesegaran, sementara rebon kering unggul dalam hal keawetan. Tapi paling penting, mau segar ataupun kering, rebon memiliki kandungan gizi yang sangat tinggi.
Menurut data Direktorat Gizi tahun 1992, rebon memiliki kandungan gizi sebagai berikut :
Dengan tingkat gizi sebanyak itu, rebon cocok sekali untuk anak-anak. Satu sendok makan rebon dapat memenuhi kebutuhan proteinnya. Secara umum, kebutuhan kalori pada balita itu sekitar 400 hingga 600 kalori,
Di samping itu, udang rebon memiliki kalsiumnya yang tinggi. 100 gram rebon segar mengandung 757 mg kalsium, sedangkan dalam 100 gram rebon kering sebesar 2.306 mg. Cocok sekali untuk osteoporosis.
Aku bersyukur ada pihak seperti Sari Husada yang sangat peduli pada peningkatan Nutrisi untuk Bangsa, terutama nutrisi bagi anak-anak dan ibu hamil. Sarihusada telah beroperasi di Indonesia bahkan sejak 1954 demi menyukseskan Program Kecukupan Protein Nasional. Sarihusada bahkan memprakarsai program Jelajah Gizi untuk semakin menyukseskan visi-misi mulianya, sebagaimana kali ini menyelenggarakan Jelajah Gizi Minahasa.
THE SHOW BEGINS
Pada akhirnya kami tiba di dapur rumahku. Menu pertama yang kubuatkan untuk sang kawan adalah.....
Menu 1 : Pepes Rebon
Pepes Rebon, Gambar : dokumen sendiri |
Pertama-tama kami siapkan bahan-bahan berikut :
Bahan Dasar :
Rebon kering ¼ kg
Bumbu Dasar :
Gula dan garam (secukupnya),
6 buah (atau sesuai selera) cabai rawit merah,
2 buah bawang merah,
3 buah bawang putih,
1 ruas jari kunyit,
1 ruas jari jahe,
1 ruas jari lengkuas
Bahan tambahan :
1 ons kelapa parut;
1 batang serai;
1 butir telur ayam
Daun salam (secukupnya)
Daun pisang (secukupnya)
Tahapan yang kami lakukan sebagai berikut :
1. bumbu dasar, seperti gula, garam, cabai rawit merah, bawang merah, bawang putih, kunyit, lengkuas, dan jahe dihaluskan.
2. Panaskan minyak di dalam wajan, lalu bumbu dimasukkan ke dalam wajan, lalu ditambahkan pula daun salam, serai, dan garam-gula secukupnya.
3. Setelah tercium aroma wangi, rebon kering dimasukkan ke dalam wajan, disusul parutan kelapa dan irisan daun bawang. Tunggu sampai rebon terlihat matang, lalu matikan kompor.
4. Setelah adonan rebon agak dingin, masukkan telur sebagai pengikat/perekat adonan.
5. Bungkus adonan menggunakan daun pisang, kemudian dipanggang di atas wajan datar.
6. Voila! Pepes rebon pun jadi.
Mata kawanku berbinar melihat pepes rebon terhidang di meja. Dia antusias sekali mengambil satu buah pepes, kemudian mencicipinya menggunakan sendok. Senyumnya rekah.
“Sumpah, aku nggak pernah makan pepes seperti ini sebelumnya. Aku merasa terasihi! Tapi……”
“Tapi…..?” tanyaku heran.
“Tapi tetap aja mainstream. Pepes kan emang masakan khas Jawa Barat. Wajar aja dong aku makan pepes di Cirebon….”
“Baiklah kalau begitu. Bersiaplah mencoba menu kedua, tempura edamame ala Jepang dengan saus petis rebon!
Menu 2 : Tempura Edamame with Rebon Petis Sauce
Tempura edamame petis, gambar : dokumen sendiri |
Ada dua PR utama dalam menu kali ini, yakni membuat tempura edamame yang ke-jepang-jepangan dengan saus petis rebon yang ke-cirebon-cirebonan. Dua masakan beda “dunia” sekaligus beda gaya. Ini jelas belum pernah ia temui di mana pun. Kawanku jadi antusias sekali pengin segera mencicipinya.
Untuk tempura, kami siapkan bahan ini :
100 gr tepung terigu
1 buah telur ayam
Sesuai selera rebon basah
Sesuai selera edamame
200 cc air dingin
200-400 cc minyak goreng
Tahapan yang kami lakukan sebagai berikut :
1. Siapkan giling rebon basah dengan takaran sesuai selera ke dalam adonan. Kami sebut sesuai selera, karena selera kami pribadi hanya menggunakan rebon sedikit agar cita rasa rebon dalam tempura tidak terlalu menyengat yang berresiko merusak cita rasa rebon;
2. Masukkan edamame sesuai selera, lalu masukkan tepung terigu, telur dan bumbu dasar seperti gula, garam, dan merica.
3. Masukkan air dingin ke dalam adonan perlahan-lahan. Buat adonan tidak terlalu encer sehingga bisa dibentuk lonjongan.
4. Masukkan lonjongan tempura ke dalam tepung terigu kering.
5. Goreng tempura hingga terlihat matang.
Untuk saus petis rebon, kami siapkan bahan ini :
Sesuai selera cabai rawit merah
3 buah bawang putih
Secukupnya gula-garam
2 sdt kecap manis
4 sdm pasta petis
Tahapan yang kami lakukan sebagai berikut :
1. Haluskan cabai rawit, bawang putih, gula dan garam.
2. Masukkan ke dalam wajan dengan sedikit minyak goring
3. Masukkan pasta petis dan kecap manis.
4. Tuang sedikit air
5. Voila! Pasta petis siap dihidangkan.
Mata kawanku bekerjap-kerjap melihat potongan tempura bertengger manis di sebelah saus berwarna hitam. “Apa bahan pasta petis itu? Kenapa warnanya hitam?”
Aku tersenyum. “Bahannya sama dengan terasi, yakni rebon. Bedanya terasi terbuat dari rebon mentah, kalau pasta petis dari rebon matang yang dimasak terus sampai mengental. Aku bisa saja membuatnya dari awal, tapi aku takut kamu keburu mati kelaparan.”
Dia tertawa. “Sepertinya sih begitu.”
Sambil mengobrol, dia ambil sepotong tempura, lalu mencocolnya ke dalam saus petis. Seketika dirinya terdiam dalam kunyahannya, lalu perlahan ia seperti ingin menangis.
“Kenapa? Tidak enak?” Aku harap-harap cemas.
“Justru sebaliknya,” katanya, “Ini makanan terenak yang pernah kucicipi.
“Ooh, kirain….”
peyek rebon, cocok buat pengganti kerupuk, gambar : dokumen sendiri |
Aku senang mendengarnya. Aku senang membahagiakan kawanku dalam kunjungannya yang berharga. Aku pun senang dia berkesempatan mencicipi hidangan paling fundamental Kota Cirebon, yang telah menjadi jati dirinya selama 400 tahun lebih. Terlebih rebon memiliki kandungan gizi yang luar biasa, dan akusenang jika bisa ikut ambil bagian dalam meningkatkan gizi bangsa Indonesia, sebagaimana Sarihusada lakukan selama ini.