Halaman

Setiap kejadian punya kisah lain di belakangnya. Ibarat panggung pertunjukan, situasi di depan dan belakang sama riuhnya. Situasi di depan, orang banyak yang tahu. Lalu bagaimana kisah di bagian belakangnya?

Di tempat inilah cerita (di belakang panggung) bergulir.......

Senin, 22 September 2014

Saya Ditampar MIMPI

Saya (masih) percaya mimpi tertentu punya makna. Datangnya sudah pasti dari Allah, muatannya bisa berupa petunjuk atau teguran.

Beberapa malam lau, saya tertampar mimpi semacam itu.
Kenapa dibilang tamparan, karena mimpinya agak nyeremin tapi berasa "penting"
Ceritanya....

Saya dan beberapa kerabat lagi jalan-jalan. Kami papasan dengan sekelompok orang di jalan, sebut saja Kelompok G, karena (sebagian) mereka bawa golok. Berasa ketemu geng motor dah! Dua di antaranya lalu nyembelih anjing. Darah anjing pun berceceran ke mana-mana, termasuk ke kaki saya, membuat saya kesal.

Saya memisahkan diri dari kerabat, mencari air buat bersihkan darah. Ketika kembali, orang-orang Kelompok G (kecuali penyembelih anjing) sedang memanah jidat kerabat saya. Ada yang langsung rabah, ada yang melawan. Seorang dari Kelompok G lalu memnah jidat saya. BAM! Kena, tapi saya ga rebah.

Saya balik memanah jidatnya.
Tumbanglh dia. Lalu saya panah teman "komplotan"-nya.
Bet bet bet.... Tumbanglah semua!!

Harusnya saya menang, karena saya jadi "the last stand". Tapi (di mimpi itu) saya menyadari saya kalah. Saya bukan lagi saya. Saya sudah berubah jadi seperti Kelompk G, para pemanah jidat itu.
ilustrasi aja. Ga ngomongin filmnya

Apa TAFSIR-nya?

Ada 3 clue di sini :
1. Anjing; Anjing (di mimpi ini) simbol sesuatu/seseorang yang dianggap hina.
2. Jidat: Jidat adalah simbol gagasan.
3. Panah; Panah itu simbol penguasaan.

Nah, mimpi itu mengabarkan pada saya tentang fenomena di luar sana bahwa ada sebagian (kecil) manusia yang menghinakan manusia lainnya secara ekstrem. Sementara ada sebagian (besar) yang tidak sampai menghinakan secara ekstrem, tapi karena gagasannya beda, jadi berseberangan.

Lalu muncullah perang gagasan.

Saya (dalam mimpi it) tidak ikut perang. Tapi cukup terganggu oleh ekses dari sebagian (kecil) manusia yang menghinakan manusia lainnya secara ekstrem. Saya memilih menyingkir, tidak mau ikut-ikutan edan. Tapi saat tahu orang-orang terdekat saya terlibat perang gagasan dengan pihak lainnya (yang tidak terlalu ekstrem), tak ayal saya terlibat.

Masing-masing pihak saling mengalahkan. Ingin menunjukkan gagasannyalah yang unggul (baca : paling benar).
Tapi pada akhirnya SEMUA harus menyadari tak ada satu pun yang benar-benar MENANG...
termasuk saya....

Mengapa Saya Sebut "Tamparan"?

Untuk menjawab, mari kita sinkronkan mimpi dengan realita.

Masih ingat fenomena copras capres 2014, sodara-sodara? Yup, itu adalah pilpres paling unik sepanjang sejarah Indonesia. Ini pilpres paring bingar. Paling banyak menimbulkan pertikaian, perpecahan, perdebatan, hinaan, celaan, hasutan....

Saya sebenarnya tergolong alergi dengan perdebatan politik. Soalnya menurut saya, ini seperti berdebat tentang berpasang-pasang baju butut yang kita ira bagus semua. r Jatuhnya percuma! Makanya fokus saya dalam politik, cukup tunaikan kewajiban mencoblos (untuk milih baju "yang butut" daripada "sangat butut" [Baca : sampai kapan pun nggak mungkin ada yang bagus murni]).

Tapi terima kasih pada media sosial....
Saya jadi ikut perang gagasan ini sampai sekarang, manakala pilpres 2014 sudah dadah babay  ke kantong masa lalu.
Manakala banyak orang yang masih mempertentangkannya.
Manakala banyak orang yang masih ingin berkacau-kacau ria dalam peperangan yang kacau!

Termasuk saya juga dong!
Saya terpanggil untuk meluruskan yang kacau itu.
Saya merasa perlu mendebat sebagaimana cara mereka mendebat.
Saya merasa perlu menunjukkan betapa gagasan mereka konyol sebagaimana mereka tunjukkan gagasan saya konyol.
Ini sudah jelas, kan?
Menurut kubu lawan, gagasan kitalah yang kacau.
Gagasan kita yang sesat, mungkin juga sepilis, wahyudi, rhemason, tafir,dll.
Tapi menurut kubu kita, mereka yang begitu!

Begitu mudahnya kita mengatai orang yang berbeda gagasan dengan berbagai embel-embel.
Seakan sudah jaminan gagasan kita 100% benar.
Seakan jidat kita sudah ada logo MUI-nya.
Seakan kening kita sudah berlabel "dijamin berkah"-.
Seakan gagasan kita sudah punya sertifikat SNI, ISO-2000, dan "Jaminan Masuk Surga".

Padahal kita cuma mempersoalkan perkara DUNIA saja.
Yang sifatnya fana.
Yang ikhtilaf.
Yang subyektif.
Tapi bukan main dalil-dalil keilahian kita bangun sedemikian rupa untuk membenarkan gagasan kita.
Sungguh hebat kita ini, memanfaatkan Tuhan untuk kelancaran gagasan kita tentang politik kekuasaan!

Saya bilang "kita" berarti saya juga, sodara.

Saya sudah bersikap keterlaluan.
Saya sudah melupakan pentingnya menjalin ukhuwah.
Saya keasyikan mengoceh sampai berbusa-busa.
Saya khilaf.

Saya bersyukur Allah menegur saya lewat mimpi. Saya tidak berani membayangkan Allah menegur saya lewat azab, misalnya. Nauzubillahimindzalik....

Mungkin ini juga teguran bagi teman semua (tidak hanya saya). Hanya kebetulan saja Allah menyampaikannya lewat saya yang percaya mimpi (tertentu) ada maknanya.

Akh sudahlah.....
"Mungkin-mungkin" di atas cuma spekulasi, bisa jadi bahan perdebatan lainnya. Setidaknya kita sepakat bahwa perang gagasan tidak menggiring kita kemuana pun KECUALI pada kehancuran.
Orang bijak menyebutnya, "menang jadi arang, kalah jadi abu."

Karena itu....

Saya mohon maaf pada teman-teman yang pernah terlibat perang gagasan dengan saya.
Maaf jika saya pernah menyinggung hati.
Maaf jika saya membuatmu bersedih hati.
Saya putuskan berhenti melibatkan diri dalam peperangan ini.
Atau mengurangi frekuensinya secara bertahap (tapi pasti).

Cukuplah Allah menjadi penolong saya
Cukuplah Allah menjadi penolong kita semua
Sesungguhnya Dia sebaik-baiknya penolong.....