Halaman

Setiap kejadian punya kisah lain di belakangnya. Ibarat panggung pertunjukan, situasi di depan dan belakang sama riuhnya. Situasi di depan, orang banyak yang tahu. Lalu bagaimana kisah di bagian belakangnya?

Di tempat inilah cerita (di belakang panggung) bergulir.......

Jumat, 30 Mei 2014

10 PRODUK YANG GA PERNAH MATI

Siapa sih yang nggak seneng buah karyanya (baca : produk) laris manis? Apalagi kalau sampai go global atau go internasional. Tapi pasti akan lebih seneng kalau produk kita bisa bertahan lama dan (seperti) nggak akan pernah mati.

Ada banyak faktor suatu produk bisa nggak pernah mati, salah satunya konsistensi dalam membubuhi corak produk. Berikut gue rangkum 10 produk yang berhasil "abadi"--dari otomotif sampai novel--berkat konsep "konsistensi jati diri":


1. BMW

Namanya aja udah jaminan mutu. BMW lahir di Jerman tahun 1916 sebagai produsen mesin pesawat terbang. Sejak terlibat Perang Dunia I, BMW dituntut ngurangin produksi pesawat terbangnya, lalu beralih memproduksi mobil mewah.  Sudah hampir 100 tahun berdiri, BMW ternyata
punya  karakter khas sebagai (konsistensi) jati dirinya, yakni bagian depan mobil yang membentuk "ventilasi udara" berbentuk dua bidang--lihat gambar.


2. Jeep

Jeep nggak mau kalah sama BMW. Dia juga punya track record di kancah peperangan. Bedanya Jeep (baru) ikut perang di Perang Dunia II karena baru lahir tahun 1941. Jeep lahir di Amerika Serikat. Sejak kemunculannya Jeep sudah punya "jati diri" khas berupa "lubang angin" sebanyak 7 biji--lihat gambar--dan perawakannya identik dengan aura "off-road".

3. Ducati

Ducati lain lagi. Dia punya jati diri khas berupa rangka besi berbentuk pipa (teralis)--ditunjuk anak panah--yang berkesan jadul. Ini terutama ada di motor Ducati model naked bike, sementara di motor balap yang mengacu ke Desmosedici MotoGP cenderang pakai serat karbon. Uniknya, banyak biker  kesengsem model teralis ini dan memodifikasi motornya dengan gaya sama. Malahan, Honda CB150R aja ikut-ikutan meng-copy desain ini.

4. Adidas

Ini nih yang gue kagum. Boleh dibilang, bisnis fashion itu dinamis banget. Orang gampang bosen dengan model yang sama terus-terusan. Tapi aturan itu nggak berlaku buat Adidas, yang setia  dengan "jati diri" tiga stripnya.

Sedikit yang tahu kalau pendiri Adidas, Adolf "Adi" Dassler, bersaudara dengan pendiri Puma, Rudolf Dassler. Mereka pecah kongsi sejak 1947 dan memutuskan tidak lagi melanjutkan bisnis pabrik (sepatu) keluarga mereka yang sempat dipaksa membuat senjata anti-tank sewaktu Perang Dunia II. Adidas dan Puma sama-sama terkenal, tapi menurutku Adidas punya nilai lebih, yakni dia tenar dengan menjaga konsistensi. Tapi siapa nyana identitas tiga strip Adidas justru dibeli dari merek olahraga asal Finlandia, Kahru Sports, dengan ongkos cuma 1,600 euro (sekitar Rp25 juta) dan 2 botol wiski. Padahal (andai Kahru Sports tahu) tahun 2012 aja  Adidas dapat untung 14.88 milyar euro!

5. Aardman Animations

Aardman Animations ada di Inggris. Negeri yang rasa-rasanya kurang ngetop di bisnis film. Tapi Aardman Animation punya ciri khas yang nggak bisa diabaikan orang Hollywood. Dia pintar membuat animasi model stop-motion. Itu lho, animasi yang dibuat dari ribuan foto yang menjepret boneka-boneka buatan tangan dengan bermacam gerakan. Kalau semua foto itu digabungin, jadilah gambar hidup ala animasi! Beberapa film karya Aardman Animations sudah akrab di dunia Internasional, termasuk Indonesia, seperti film layar lebar Flushed Away dan Chicken Run, atau kartun TV Wallace & Gromit, Shaun The Sheep. dan Timmy Time. Coba deh perhatikan cara nyengir tokoh-tokoh di atas. Yep, Aardman Animations punya cengiran khas untuk karakter animasinya.

6. Animasi Hayao Miyazaki/Ghibli Studio

Sebenarnya banyak karya bangsa Jepang bisa dijadikan contoh "konsistensi". Tapi menurut gue, Hayao Miyazaki cukup mewakili, karena animasi bikinannya sering diputar dan dialih-suara Barat. Ditambah, Hayao Miyazaki kekeuh sumrekeuh menggunakan garis gambar yang sama dari zaman dulu: garis gambar jadul. Beda dengan mangaka-mangaka muda yang lebih condong membuat garis gambar "cantik". Tema animasi Hayao Miyazaki--bersama studio miliknya, Ghibli Studio-- pun tetap  sama, yakni tentang hubungan manusia dengan alam dan teknologi.

Beberapa karya animasi Hayao Miyazaki yang terkenal, antara lain Tonari no Totoro, Spirited Away, Princess Mononoke, dan yang terbaru Wind Rises.

7. Root Beer A&W

Siapa sangka root beer sudah ada sejak tahun 1919. Root beer punya cita rasa yang khas dibanding minuman soda lainnya. Root beer jadi pembeda restoran A&W dari restoran cepat saji asal Amerika lainnya. Di Indonesia, root beer A&W udah dapat sertifikasi halal MUI, tapi belakangan nama root beer-nya diganti jadi singkatan "RB" aja. Nggak tahu apa yang sebabnya. Mungkin kata "beer" sedikit bikin rancu warga Indonesia.

8. Macbook dan Macbook Pro

Macbook lahir sejak 2006. Dibanding 9 produk lainnnya yang udah survive sejak angkatan nenek moyang, Macbook tergolong muda. Namun mengingat pasar gadget yang easy come easy go, konsistensi Macbook (dilanjutkan Macbook Pro) layak diacungi jempol. Terutama untuk desain, Macbook dan Macbook Pro setia sekali dengan desain logo Apple yang bisa menyala. Laptop merek lain mana bisa begitu? Sebenarnya gue ingin melebarkan bahasan pada Powerbook dan iBook, saudara tuanya Macbook dan Macbook Pro. Tapi gue gagal mencari tahu apakah Powerbook dan iBook juga sudah mengusung konsep "logo nyala". Setidaknya, kelahiran Powerbook di tahun 1991 konon mengubah arah teknologi komputer ke arah komputer jinjing yang enak dibawa ke mana-mana dan enak dipandang alias nyeni.

9. Film-film Tim Burton

Film bikinan Tim Burton hilir mudik di daftar blockbuster dunia, di antaranya trilogi Batman - Batman Returns - Batman Forever, Edward Scissorhands, Planet of The Apes, Charlie and The Chocolate Factory, dan Alice in The Wonderland. Sutradara kribo ini kayaknya maniak banget dengan warna hitam karena film-filmnya identik banget dengan aura gelap, nuansa magis, bahkan hawa seram! Udah gitu, Tim Burton seneng banget kerja sama dengan Johnny Depp yang banyak mengisi tokoh utama filmnya. Tim Burton juga seneng banget "nepotisme" dengan memasukkan yayangnya, Helena Bonham Carter, di film-filmnya. Oh iya, satu orang lagi yang hampir selalu dibawa Tim Burton di film-filmnya, yakni Danny Elfman yang membuat score musik untuk semua filmnya, kecuali dua.

10. Novel Mira W
Teman editor gue di Gramedia pernah bilang kalau di setiap novel Mira W pasti ada tokoh dokternya. Gue nggak percaya, tapi gue juga nggak bisa membantah mengingat gue nggak baca semua novelnya. Tapi beberapa artikel di internet menguatkan ucapan sang editor. Gue pikir gokil juga nih penulis. Dia pasti terlalu mencintai  profesinya  sebagai dokter. Dia sangat ingin menunjukkan pada dunia bagaimana dokter menjalani cinta dan citanya.

Bagi sebagian orang, hal ini mungkin kemunduran. Karyanya jadi stereotip karena terus-terusan mengangkat tokoh dengan profesi sama. Tapi bagi gue luar  biasa. Nggak banyak penulis yang mau konsisten seperti itu, apalagi di 38 tahun kiprahnya. Ini mengajari gue bahwa konsistensi memang penting dalam karya apa pun, termasuk novel. Tidak melulu dalam bentuk tokoh yang berprofesi sama terus menerus, bisa juga dalam bentuk gaya tulis ataupun tema.

 Ini saja bahasan gue. Semoga kita dapat meraih pelajaran berharga dari 10 kisah luar biasa ini....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar